MAKASSAR, TIMESTIMUR — Penyuluh Agama Islam memiliki peranan strategis dalam meningkatkan ekonomi umat, karena bisa menyampaikan ilmu dan pengalaman serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pemberdayaan ekonomi umat di wilayah binaan masing-masing, agar menjadi kuat secara imani dan mandiri secara ekonomi,
Pada prinsipnya Penyuluh Agama Islam memiliki 4 tugas dan fungsi utama, yaitu fungsi informasi, edukasi, konsultasi dan advokasi. Fungsi dan tugas tersebut terimplementasi secara baik dan konsisten pada diri setiap individu penyuluh Agama Islam. Oleh karena Tugas dan fungsi Penyuluh Agama Islam tidak terbatas hanya pada bimbingan/penyuluhan Agama semata, namun juga berperan pada peningkatan ekonomi anggota majelis taklim melalui Pemberdayaan Ekonomi Umat.
Hasniati seorang Penyuluh Agama Islam di Kecamatan Makassar Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, dalam memenuhi fungsi tersebut, telah mengabdikan dirinya kepada masyarakat melalui Pemberdayaan Ekonomi Umat di bawah naungan UMKM Khadijah Al Kubra. Hal ini menjadi panggilan nurani melihat kenyataan di masyarakat di mana antara kebutuhan dan kemampuan masih mengalami ketimpangan. Pada sisi yang lain peluang untuk meningkatkan taraf hidup keluarga sangat terbuka lebar. Peluang bisnis sangat menjanjikan dengan modal usaha tanpa Bunga bisa di peroleh dengan mudah melalui peran penyuluh agama dalam menginisiasi pemodal sehingga pangsa pasar tersedia sangat baik.
Sebagai seorang penyuluh Agama Islam dengan latar belakang pengalaman pada dunia bisnis yang pernah digeluti sebelumnya. Tentu saja ini bukan hanya menarik tetapi ini adalah kesempatan mengabdi dan beramal. Karena sejalan dengan tugasnya sebagai penyuluh seiring meningkatnya kebutuhan Masyarakat, melalui upaya ini dapat meringankan beban kebutuhan keluarga.
Secara umum Masyarakat kota Makassar, khususnya masyarakat Kecamatan Makassar adalah Masyarakat saudagar. Istilah ini melekat cukup lama dan turun temurun. bahkan sudah mandarah daging dalam kehudupan keseharian mereka dengan menggantungkan kehidupannya dengan berjualan, makanan, pakaian dan produk home industri.
Dalam ajaran islam jelas di anjurkan bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Memberi lebih mulia dari menerima. Hidup jangan pernah menjadi beban orang lain. Dan bukankah dalam sebuah hadits di sebutkan bahwa sebaik-baik kamu adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain.
Berangkat dari semua ini, sudah sepantasnyalah bila Penyuluh Agama Islam menjadi garda terdepan mengambil bagian dalam mensejahterahkan kehidupan umat. Mengentaskan kemiskinan serta Menjaga balance / keseimbangan fiddun-ya wal akhirah.
Hasniati dengan pengalaman yang mumpuni telah melakukan berbagi terobosan dan inovasi dalam rangka membantu masyarakat, melalui Majelis Taklim agar mereka memiliki penghasilan sendiri. Dengan memanfaatkan tehnologi informasi dan sosial media. Hasniati terobsesi untuk membuat warga binaannya bisa tersenyum bahagia setiap saat. Ia berhasrat dapat mengubah persepsi klasik Masyarakat bahwa Penyuluh Agama Islam hanya banyak berteori tanpa memberi solusi. Ia berkeyakinan kalau Majelis Taklim bukan hanya bisa mengeja ayat suci, akan tetapi juga mampu merealisasi pesan hikmah yang mendalam dari apa yang di bacanya.
Usaha dan kerja kerasnya yang di lakukannya selama ini tidak sia-sia, perlahan tapi pasti kini sudah mulai menunjukkan hasil. Para anggota Majelis Taklim Khadijah Al Kubra sangat bersemangat dan termotivasi dalam menjalankan usaha mereka. Hari – harinya dihiasi dengan bisnis dan bisnis. Canda tawanya adalah bagaimana bisa menjual produk mereka. Obrolannya adalah “money and money”, bukan lagi gosip ghibah atau pembicaraan lain yang tidak ada manfaatnya.
Hasniati dengan segudang pengalaman yang terpadu sangat baik dengan ilmu agama yang di miliki memiliki mimpi besar bahwa man jadda wajada siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Sikap optimis dan pikiran positif [positif thinking] harus selalu di kedepankan. Dalam bahasa yang lebih populer usaha tak pernah menghianati hasil. Dalam ilmu tasawuf disematkan istilah Tuhan tidak pernah tidur.
Sebagai alumni pondok pesantren al-Junaidiyah Biru Kabupaten Bone yang sangat terkemuka di wilayah ini. Dengan jenjang Pendidikan UIN Alauddin Makassar S1 Bahasa dan Sastra Arab,S2 Ilmu Alqur’an dan Tafsir, dan S3 Ilmu Alqur’an dan Tafsir yang saat ini sementara pada tahap penyelesaian. ditambah pengalaman puluhan organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial yang dilakoninya. Dan berbagai sertifikat dan penghargaan yang telah di terimanya serta pengalaman pada event tingkat nasional dan mancanegara yang pernah di raihnya, maka ini menjadi modal yang sangat berharga untuk mewujudkan ekonomi umat yang lebih baik.
Hasniati bukan hanya jago di depan jamaahnya sebagai seorang Dai’ah/ Mubalighah. Tetapi lebih dari itu, Ia mampu mempraktekkan isi dakwahnya dalam bentuk aksi nyata di Masyarakat. Dengan sifat dan karakter yang murah senyum [low profile] kepada siapa saja [menurut pengakuan teman-temannya], Pergaulannya dengan semua strata sosial serta pandangannya yang sangat menghargai pendapat orang lain menjadikannya sosok penyuluh sejati, penuh empaty karena jiwa dan semangat moderasi yang sudah melekat di hati.